Pramono- Ideologi Pasar Menguat
Panggung politik nasional tampaknya sudah bergeser sangat jauh, dari politik ideologis ke politik pasar. Tren yang terjadi, semua orang yang ingin terjun ke dunia politik mau tidak mau harus mengikuti ideologi pasar sesuai tuntutan masyarakat masa kini.
Wakil Ketua DPR RI Pramono Anung Wibowo, menegaskan hal tersebut saat membedah buku karyanya sendiri dengan judul “Mahalnya Demokrasi, Memudarnya Ideologi. Potret Komunikasi Politik Legislator-Konstituen” di Press Room DPR, Selasa (3/12). Hadir pula sebagai pembicara yang membincang buku ini, mantan Ketua MK Mahfud MD, pakar komunikasi politik Effendi Gazali, dan pengamat politik J. Kristiadi.
Kekhawatiran Pramono atas fenomena politik mutakhir di Indonesia sangat jelas terekam dalam buku ini. Menurutnya, para politisi yang ingin melenggang ke Senayan, hampir tak bisa mengelak dari politik kemasan, yaitu sentuhan tangan para pekerja public relation (PR) untuk merubah tampilan fisik para caleg menjadi lebih ciamik. Tapi, sesungguhnya kosong dari sisi ideologis.
Para politisi yang mencalonkan diri menjadi anggota legislatif cenderung individualis ketimbang berjuang bersama mengemban misi ideologi partai. Pergi “merias diri” ke PR atau konsultan politik sudah menjadi tren para caleg. Akibatnya, biaya politik jadi sangat mahal.
Sementara itu, mantan Ketua MK Mahfud MD, mengatakan, buku yang ditulis Pramono betul-betul sangat akademis dan punya tanggung jawab ilmiah. Pramono tampak sangat cermat dan sungguh-sungguh menelaah politik kekinian di Tanah Air. Senada dengan Pramono, Mahfud juga mengatakan, saat ini banyak caleg pragmatis dan tidak lagi memikirkan latar idologisnya. (mh)/foto:odjie/parle/iw.